Aku hidup dengan melihat luka terlalu sering. Aku mengalami begitu banyak luka, aku menyimpan begitu banyak duka. Ada yang kubawa sejak kecil, ada yang kutemui saat remaja, bahkan ada yang kualami sejak beranjak dewasa.
Aku berteman dengan air mata bahkan dada yang sesak rasanya. Aku selalu menampilkan senyum kepalsuan dan raga yang berusaha baik-baik saja. Aku menyimpannya sendiri, aku tidak pernah berbagi.
Aku berkali-kali tidak punya keberanian. Keberanian yang menunjukkan bahwa aku sakit. Keberanian yang menunjukkan bahwa aku ingin ditemani. Keberanian yang menunjukkan bahwa aku juga ingin didengarkan. Aku hilang keberanian.
Biar aku saja yang rasakan, kataku selalu.
Aku tidak ingin melihat tatapan kecewa.
Aku tidak ingin melihat tatapan kasihan.
Aku tidak ingin mereka dekat padaku dan berakhir luka.
Komentar
Posting Komentar