Langsung ke konten utama

"Kita di Bahagianya Masing-Masing"

Di sebuah temu, aku melihat seseorang yang tangannya kau genggam. Dia tertawa riang menatapmu, bahagia memuncak di antara kalian. Saat itu, aku tidak sendirian berjalan sebab seseorang juga berdiri di sampingku, merangkul pundakku dengan hangat.

Kita berpapasan, berempat saling menatap, karena langkahku dan langkahmu berhenti dengan sengaja. "Hai, apa kabar?" adalah kata yang paling mudah diucapkan kala itu. Kita menyebut 'kita teman lama' setelah sekian waktu akhirnya bertemu juga.

Mereka, pasangan kita saling menjabat tangan. Menghargai situasi itu tanpa menahu apa yang pernah terjadi di antara kita. Mereka melempar senyuman satu sama lain. Hingga situasi berlalu, kau melanjutkan perjalananmu, aku pun begitu.

Aku berpikir setelah pertemuan itu. Menarik kesimpulan atas apa yang baru saja terjadi. Ternyata, kita dapat bangkit dari sedih yang dulu. Sedih dalam hubungan yang tidak jelas arahnya, tidak jelas ujungnya. Aku tidak tahu bagaimana prosesmu melupa, cepat atau lambat, namun akhirnya kau berhasil juga. 

Aku tersenyum sambil mengucap syukur dalam hatiku. Bersyukur untuk proses semesta memberi kita kesempatan bersama. Lalu pada akhirnya, kita diizinkan bahagia lagi meski tidak bersama atau pada jalannya masing-masing.

Kutatap dia yang sedang duduk di depanku. Dia kekasihku saat ini. Dia dengan mata kagumnya menatap ke arahku. Tersenyum dan memberikan minuman kepadaku, mengelus punggung tanganku dan menggenggamnya. 

"Are you ok?" 
"Ya" jawabku penuh haru.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Tempat Terbaik Untuk Merapuh"

Tiba-tiba aku ingin ke tempat lama. Pada sore hari sambil merenung akan hal-hal yang telah fana. Di sana, aku ingin menangis tanpa malu, aku ingin berteriak tanpa ragu.  Aku hanya ingin duduk di tepian, menggenggam pasir, dan membuang segala bentuk amarah ke luasnya lautan. Aku akan memutar lagu-lagu paling sendu. Aku akan mencairkan pikiran-pikiran yang sedang kacau. Aku tahu tenangnya lautan dan hangatnya senja adalah tempat terbaik untuk menyendiri. Makanya, aku sering menghabiskan waktu sedihku di sana, menumpahkan kesal dan sesal, lalu kembali mencoba memandang harapan. Dulu, kepada laut aku sering berjanji. Aku tidak akan datang dengan perasaan yang sedih lagi. Aku tidak akan datang seorang diri lagi. Janji yang kuucap seakan terasa tabu, sebab akhirnya selalu palsu. Aku selalu kembali dengan raga dan rasa yang memang sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, aku sempat menghindari pantai dan lautnya untuk kabur lalu berpura-pura bahagia. Aku tinggal jauh dalam hirup pikuk kota. A...

"Beberapa Sempat"

Aku sempat merasa kecewa dengan hidup. Dengan harap yang tidak berujung nyata. Dengan cinta yang tidak berujung berdua. Dengan pikiran yang tidak tentu arah. Aku sempat membenci proses hidup. Setiap hari, sulit merasa lega. Setiap saat, sulit merasa tenang. Dan setiap hari kadang dibuat bimbang. Aku sempat tidak suka tersenyum. Untuk hal-hal yang terlalu menggembirakan. Untuk sosok yang membuat jatuh cinta. Untuk perhatian-perhatian yg semu. Aku takut kecewa, jika terlalu sering bahagia. Hingga makin hari, aku selalu berkabung dalam rasa sakit. Dalam rasa-rasa sendiri. Dalam rasa-rasa kesepian. Sebab, aku terlalu menutup diri pada hal yang kian mempesona. Hingga tiba-tiba, tiba di hari ini. Aku terharu bahkan menangis dengan parah. Aku melepas hal-hal menyakitkan sebab aku sadar telah dibersamakan dengan orang-orang baik. Mereka menatapku bangga, penuh cinta. Mereka memelukku erat, tanpa enggan. Aku tidak tunggal. Yang lain mungkin meninggalkan, tetapi masih ada sebagian yang tetap men...

"Akhirnya, Tiba di Titik Ini"

Terima kasih semesta... Aku lega melepas rasa dengan bangga. Tidak akan ada lagi andai dan harap yang sering terucap tentangnya. Tidak akan ada lagi ingin dan doa yang meminta dirinya. Terima kasih semesta telah menunjukkan siapa dia. Terima kasih telah memberi jawab atas ragu dan beberapa tanda tanya. Terima kasih telah memberi sempat untuk semakin kuat. Kali ini, aku tidak berkamuflase lagi. Apa yang kupikir, kutahu, hingga kini kulepas ternyata benar-benar memberi rasa lega.  Kali ini, aku tidak lagi mengasihani diri, apa yang kualami, apa yang kusesalkan, hingga kini mulai kuikhlaskan ternyata benar-benar memberi rasa bahagia. Salah satu strategi semesta, membiarkanku sedikit terluka agar lekas melupa. Semesta luar biasa dengan pelajarannya yang lebih luar biasa.