Di sebuah temu, aku melihat seseorang yang tangannya kau genggam. Dia tertawa riang menatapmu, bahagia memuncak di antara kalian. Saat itu, aku tidak sendirian berjalan sebab seseorang juga berdiri di sampingku, merangkul pundakku dengan hangat.
Kita berpapasan, berempat saling menatap, karena langkahku dan langkahmu berhenti dengan sengaja. "Hai, apa kabar?" adalah kata yang paling mudah diucapkan kala itu. Kita menyebut 'kita teman lama' setelah sekian waktu akhirnya bertemu juga.
Mereka, pasangan kita saling menjabat tangan. Menghargai situasi itu tanpa menahu apa yang pernah terjadi di antara kita. Mereka melempar senyuman satu sama lain. Hingga situasi berlalu, kau melanjutkan perjalananmu, aku pun begitu.
Aku berpikir setelah pertemuan itu. Menarik kesimpulan atas apa yang baru saja terjadi. Ternyata, kita dapat bangkit dari sedih yang dulu. Sedih dalam hubungan yang tidak jelas arahnya, tidak jelas ujungnya. Aku tidak tahu bagaimana prosesmu melupa, cepat atau lambat, namun akhirnya kau berhasil juga.
Aku tersenyum sambil mengucap syukur dalam hatiku. Bersyukur untuk proses semesta memberi kita kesempatan bersama. Lalu pada akhirnya, kita diizinkan bahagia lagi meski tidak bersama atau pada jalannya masing-masing.
Kutatap dia yang sedang duduk di depanku. Dia kekasihku saat ini. Dia dengan mata kagumnya menatap ke arahku. Tersenyum dan memberikan minuman kepadaku, mengelus punggung tanganku dan menggenggamnya.
"Are you ok?"
"Ya" jawabku penuh haru.
Komentar
Posting Komentar