Langsung ke konten utama

"Resep Penyembuhan Sedihmu"

Semuanya bermula ketika kau merasakan luka. Ketika kau kehilangan sesuatu yang kau anggap setia. Semua sesak berkecamuk dalam dada. Perlahan-lahan menghasutmu "apakah bahagia itu ada?"

Hakikatnya tidak ada yang terlatih untuk tidak bersedih, sebab air mata adalah bukti bahwa kita masih manusia. Sayangnya, kita seringkali terlihat kuat untuk memuaskan tatapan mereka yang tak suka dengan kesedihan. Itulah sebabnya, banyak orang terpuruk di tempat-tempat sepi, menyalahkan diri sendiri.

Ketika kehilangan sesuatu yang berarti, menangislah sekuat yang kau bisa. Itu menjadi tanda bahwa benar-benar berarti untukmu. Luapkan perasaan sedih, kecewa, sesal, dan segala sakit yang ada. Ya, tidak mungkin kau akan sembuh dalam semalam. Sebab tidak ada sakit yang sembuh dalam hitungan detik, bukankah semuanya perlu waktu? 

Perlahan-lahan kesedihanmu berkurang, hari demi hari, meski rasa sakitnya masih terasa. Sembuhkan sedikit demi sedikit, hingga tinggal goresan bekasnya. Jangan memaksa bekas untuk hilang seutuhnya. Biarkan menjadi kenangan untukmu yang sebisa mungkin jangan terulang lagi.

Apabila nantinya, kau tetap bertemu luka dan kehilangan yang lain. Tetaplah menjadi dirimu seperti sekarang. Dirimu yang mau sabar membalut lukamu, dirimu yang tidak memaksa kehendakmu sendiri. Tetapi, selalu mengingat bahwa semuanya butuh proses, sama dengan perihal sembuh dan melupakan.

Lemahlah hingga kau menemukan titik kuatmu. Lalu kembalilah bertahan pada dirimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Tempat Terbaik Untuk Merapuh"

Tiba-tiba aku ingin ke tempat lama. Pada sore hari sambil merenung akan hal-hal yang telah fana. Di sana, aku ingin menangis tanpa malu, aku ingin berteriak tanpa ragu.  Aku hanya ingin duduk di tepian, menggenggam pasir, dan membuang segala bentuk amarah ke luasnya lautan. Aku akan memutar lagu-lagu paling sendu. Aku akan mencairkan pikiran-pikiran yang sedang kacau. Aku tahu tenangnya lautan dan hangatnya senja adalah tempat terbaik untuk menyendiri. Makanya, aku sering menghabiskan waktu sedihku di sana, menumpahkan kesal dan sesal, lalu kembali mencoba memandang harapan. Dulu, kepada laut aku sering berjanji. Aku tidak akan datang dengan perasaan yang sedih lagi. Aku tidak akan datang seorang diri lagi. Janji yang kuucap seakan terasa tabu, sebab akhirnya selalu palsu. Aku selalu kembali dengan raga dan rasa yang memang sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, aku sempat menghindari pantai dan lautnya untuk kabur lalu berpura-pura bahagia. Aku tinggal jauh dalam hirup pikuk kota. A...

"Beberapa Sempat"

Aku sempat merasa kecewa dengan hidup. Dengan harap yang tidak berujung nyata. Dengan cinta yang tidak berujung berdua. Dengan pikiran yang tidak tentu arah. Aku sempat membenci proses hidup. Setiap hari, sulit merasa lega. Setiap saat, sulit merasa tenang. Dan setiap hari kadang dibuat bimbang. Aku sempat tidak suka tersenyum. Untuk hal-hal yang terlalu menggembirakan. Untuk sosok yang membuat jatuh cinta. Untuk perhatian-perhatian yg semu. Aku takut kecewa, jika terlalu sering bahagia. Hingga makin hari, aku selalu berkabung dalam rasa sakit. Dalam rasa-rasa sendiri. Dalam rasa-rasa kesepian. Sebab, aku terlalu menutup diri pada hal yang kian mempesona. Hingga tiba-tiba, tiba di hari ini. Aku terharu bahkan menangis dengan parah. Aku melepas hal-hal menyakitkan sebab aku sadar telah dibersamakan dengan orang-orang baik. Mereka menatapku bangga, penuh cinta. Mereka memelukku erat, tanpa enggan. Aku tidak tunggal. Yang lain mungkin meninggalkan, tetapi masih ada sebagian yang tetap men...

"Akhirnya, Tiba di Titik Ini"

Terima kasih semesta... Aku lega melepas rasa dengan bangga. Tidak akan ada lagi andai dan harap yang sering terucap tentangnya. Tidak akan ada lagi ingin dan doa yang meminta dirinya. Terima kasih semesta telah menunjukkan siapa dia. Terima kasih telah memberi jawab atas ragu dan beberapa tanda tanya. Terima kasih telah memberi sempat untuk semakin kuat. Kali ini, aku tidak berkamuflase lagi. Apa yang kupikir, kutahu, hingga kini kulepas ternyata benar-benar memberi rasa lega.  Kali ini, aku tidak lagi mengasihani diri, apa yang kualami, apa yang kusesalkan, hingga kini mulai kuikhlaskan ternyata benar-benar memberi rasa bahagia. Salah satu strategi semesta, membiarkanku sedikit terluka agar lekas melupa. Semesta luar biasa dengan pelajarannya yang lebih luar biasa.