Semuanya bermula ketika kau merasakan luka. Ketika kau kehilangan sesuatu yang kau anggap setia. Semua sesak berkecamuk dalam dada. Perlahan-lahan menghasutmu "apakah bahagia itu ada?"
Hakikatnya tidak ada yang terlatih untuk tidak bersedih, sebab air mata adalah bukti bahwa kita masih manusia. Sayangnya, kita seringkali terlihat kuat untuk memuaskan tatapan mereka yang tak suka dengan kesedihan. Itulah sebabnya, banyak orang terpuruk di tempat-tempat sepi, menyalahkan diri sendiri.
Ketika kehilangan sesuatu yang berarti, menangislah sekuat yang kau bisa. Itu menjadi tanda bahwa benar-benar berarti untukmu. Luapkan perasaan sedih, kecewa, sesal, dan segala sakit yang ada. Ya, tidak mungkin kau akan sembuh dalam semalam. Sebab tidak ada sakit yang sembuh dalam hitungan detik, bukankah semuanya perlu waktu?
Perlahan-lahan kesedihanmu berkurang, hari demi hari, meski rasa sakitnya masih terasa. Sembuhkan sedikit demi sedikit, hingga tinggal goresan bekasnya. Jangan memaksa bekas untuk hilang seutuhnya. Biarkan menjadi kenangan untukmu yang sebisa mungkin jangan terulang lagi.
Apabila nantinya, kau tetap bertemu luka dan kehilangan yang lain. Tetaplah menjadi dirimu seperti sekarang. Dirimu yang mau sabar membalut lukamu, dirimu yang tidak memaksa kehendakmu sendiri. Tetapi, selalu mengingat bahwa semuanya butuh proses, sama dengan perihal sembuh dan melupakan.
Lemahlah hingga kau menemukan titik kuatmu. Lalu kembalilah bertahan pada dirimu.
Komentar
Posting Komentar