Beberapa teman telah menemukan tambatan hatinya. Sebagian bersama orang asing, ada yang sebelahan rumah, beda kota, bahkan kembali dengan teman sekolah. Mereka membagi kebahagian lewat beberapa foto penuh dengan senyuman. Handai taulan banyak berkomentar dengan doa dan harapan yang baik. Begitupun yang hadir langsung di tempat resepsi tentu mengucapkan yang hal sama. "Semoga kalian bahagia selalu." Cerita pertemuan dua insan hingga akhirnya memutuskan untuk menikah kadang membuat saya ikut berdebar. Semesta sangat sempurna mengatur jalan hidup manusia. Semuanya tidak terduga tapi berharap akhirnya kan bahagia. Banyak dari mereka kadang merasakan patah hati berkali-kali lalu dipertemukan dengan obat yang tepat. Ada juga yang berjuang dengan restu hingga mendapat setuju dari orang tua. Banyak yang terhalang materi namun jalan Tuhan selalu membantu tanpa pilih. Saya yakin cerita pertemuan dan saling jatuh cinta mereka tidak akan pernah terlupakan satu sama lain. Apa yang sudah ...
"Maafkan aku yang tidak pernah merasa pantas untuk siapapun" Maafkan aku dan kehidupanku yang tidak semewah dirimu. Maafkan aku yang tidak dibesarkan dalam keluarga utuh. Maafkan rupaku yang memang tak seindah itu. Aku hidup mencari uang yang mungkin tidak seberapa dibanding milikmu. Aku hidup menumpang di rumah yang bukan milikku. Aku makan secukupnya dan bepergian seperlunya. Ketakutan ini selalu ada di dalam diriku. Semenjak aku mengganggap tidak ada yang benar-benar tulus selain ibuku. Aku tidak pernah hidup tanpa luka sebab aku lahir dari luka. Oleh karena itu, aku merasa cukup tidak ingin menambah luka lagi. Maka, kusarankan agar kau mencari yang sepadan denganmu. Tidak denganku yang mungkin akan memalukan di hadapan Ibu-Bapakmu. Sebab hidupku sangat biasa, tidak pantas mendampingimu yang sangat luar biasa.