Langsung ke konten utama

Postingan

"Berbahagialah, Kawan"

Beberapa teman telah menemukan tambatan hatinya. Sebagian bersama orang asing, ada yang sebelahan rumah, beda kota, bahkan kembali dengan teman sekolah.  Mereka membagi kebahagian lewat beberapa foto penuh dengan senyuman. Handai taulan banyak berkomentar dengan doa dan harapan yang baik. Begitupun yang hadir langsung di tempat resepsi tentu mengucapkan yang hal sama. "Semoga kalian bahagia selalu." Cerita pertemuan dua insan hingga akhirnya memutuskan untuk menikah kadang membuat saya ikut berdebar. Semesta sangat sempurna mengatur jalan hidup manusia. Semuanya tidak terduga tapi berharap akhirnya kan bahagia. Banyak dari mereka kadang merasakan patah hati berkali-kali lalu dipertemukan dengan obat yang tepat. Ada juga yang berjuang dengan restu hingga mendapat setuju dari orang tua. Banyak yang terhalang materi namun jalan Tuhan selalu membantu tanpa pilih. Saya yakin cerita pertemuan dan saling jatuh cinta mereka tidak akan pernah terlupakan satu sama lain. Apa yang sudah ...
Postingan terbaru

"Tidak Pantas Untuk Siapapun"

"Maafkan aku yang tidak pernah merasa pantas untuk siapapun" Maafkan aku dan kehidupanku yang tidak semewah dirimu. Maafkan aku yang tidak dibesarkan dalam keluarga utuh. Maafkan rupaku yang memang tak seindah itu.  Aku hidup mencari uang yang mungkin tidak seberapa dibanding milikmu. Aku hidup menumpang di rumah yang bukan milikku. Aku makan secukupnya dan bepergian seperlunya.  Ketakutan ini selalu ada di dalam diriku. Semenjak aku mengganggap tidak ada yang benar-benar tulus selain ibuku. Aku tidak pernah hidup tanpa luka sebab aku lahir dari luka. Oleh karena itu, aku merasa cukup tidak ingin menambah luka lagi. Maka, kusarankan agar kau mencari yang sepadan denganmu. Tidak denganku yang mungkin akan memalukan di hadapan Ibu-Bapakmu.  Sebab hidupku sangat biasa, tidak pantas mendampingimu yang sangat luar biasa.  

"Resep Penyembuhan Sedihmu"

Semuanya bermula ketika kau merasakan luka. Ketika kau kehilangan sesuatu yang kau anggap setia. Semua sesak berkecamuk dalam dada. Perlahan-lahan menghasutmu "apakah bahagia itu ada?" Hakikatnya tidak ada yang terlatih untuk tidak bersedih, sebab air mata adalah bukti bahwa kita masih manusia. Sayangnya, kita seringkali terlihat kuat untuk memuaskan tatapan mereka yang tak suka dengan kesedihan. Itulah sebabnya, banyak orang terpuruk di tempat-tempat sepi, menyalahkan diri sendiri. Ketika kehilangan sesuatu yang berarti, menangislah sekuat yang kau bisa. Itu menjadi tanda bahwa benar-benar berarti untukmu. Luapkan perasaan sedih, kecewa, sesal, dan segala sakit yang ada. Ya, tidak mungkin kau akan sembuh dalam semalam. Sebab tidak ada sakit yang sembuh dalam hitungan detik, bukankah semuanya perlu waktu?  Perlahan-lahan kesedihanmu berkurang, hari demi hari, meski rasa sakitnya masih terasa. Sembuhkan sedikit demi sedikit, hingga tinggal goresan bekasnya. Jangan memaksa beka...

"Kita di Bahagianya Masing-Masing"

Di sebuah temu, aku melihat seseorang yang tangannya kau genggam. Dia tertawa riang menatapmu, bahagia memuncak di antara kalian. Saat itu, aku tidak sendirian berjalan sebab seseorang juga berdiri di sampingku, merangkul pundakku dengan hangat. Kita berpapasan, berempat saling menatap, karena langkahku dan langkahmu berhenti dengan sengaja. "Hai, apa kabar?"  adalah kata yang paling mudah diucapkan kala itu. Kita menyebut ' kita teman lama' setelah sekian waktu akhirnya bertemu juga. Mereka, pasangan kita saling menjabat tangan. Menghargai situasi itu tanpa menahu apa yang pernah terjadi di antara kita. Mereka melempar senyuman satu sama lain. Hingga situasi berlalu, kau melanjutkan perjalananmu, aku pun begitu. Aku berpikir setelah pertemuan itu. Menarik kesimpulan atas apa yang baru saja terjadi. Ternyata, kita dapat bangkit dari sedih yang dulu. Sedih dalam hubungan yang tidak jelas arahnya, tidak jelas ujungnya. Aku tidak tahu bagaimana prosesmu melupa, cepat at...

"Kepada Seseorang di Masa Depan"

Jika seseorang mengaku sedang mencintaiku, aku ingin dia mencintai keluargaku sama banyaknya. Jika seseorang memperlakukanku dengan baik, aku ingin dia menyayangi keluargaku dengan hal yang sama. Jika seseorang menerima fisikku yang banyak kurangnya, aku ingin dia melapangkan hati untuk masa laluku yang banyak dukanya.  Aku ingin sosok pendamping yang demikian. Sosok yang menerima tanpa menuntut. Sosok yang menemani tanpa mengeluh. Sosok yang penuh kasih. Seseorang yang lembut tutur dan perilakunya selalu menjadi pesona. Seseorang yang bertanggung jawab selalu menjadi idola. Seseorang yang menghormati orang yang lebih tua selalu menjadi panutan. Tipe manusia ini selalu menjadi idaman. "Oleh karena itu, untuk siapa pun nanti yang menjadi jawab akan jika-ku. Semoga kita bertemu pada garis yang sama"

"Hidup dalam Luka"

Aku hidup dengan melihat luka terlalu sering. Aku mengalami begitu banyak luka, aku menyimpan begitu banyak duka. Ada yang kubawa sejak kecil, ada yang kutemui saat remaja, bahkan ada yang kualami sejak beranjak dewasa. Aku berteman dengan air mata bahkan dada yang sesak rasanya. Aku selalu menampilkan senyum kepalsuan dan raga yang berusaha baik-baik saja. Aku menyimpannya sendiri, aku tidak pernah berbagi. Aku berkali-kali tidak punya keberanian. Keberanian yang menunjukkan bahwa aku sakit. Keberanian yang menunjukkan bahwa aku ingin ditemani. Keberanian yang menunjukkan bahwa aku juga ingin didengarkan. Aku hilang keberanian. Biar aku saja yang rasakan, kataku selalu. Aku tidak ingin melihat tatapan kecewa. Aku tidak ingin melihat tatapan kasihan. Aku tidak ingin mereka dekat padaku dan berakhir luka. 

"Berdamai dengan Diriku Sendiri"

Ternyata semenyenangkan ini sendirian. Sendirian tanpa terlihat kasihan. Sendirian tanpa terlihat menyedihkan. Celah-celah luka telah sembuh perlahan. Tawa-tawa suka telah memberi rasa nyaman. Bahkan, tidak ada lagi kamuflase untuk terlihat aman. Aku berdiri sebagaimana adanya aku. Tanpa dendam, tanpa penyesalan. Aku berdamai dengan diriku. Bahwa tidak semua hal bisa dipaksakan. Tidak lupa, aku mengucap syukur. Semesta begitu baik dengan pelajaran hidup-Nya. Semesta begitu baik dengan skenario-Nya.